Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aplikasi Live Streaming Dibayar Dalam Konsep Bisnis dan Kerja

Saya berpengalaman mengamati dunia aplikasi live streaming, mulai dari tidak paham proses dibayarnya sampai paham dalam proses dibayarnya. Apakah benar aplikasi live streaming masuk dalam konsep bisnis? Apakah bisa aplikasi live streaming untuk dijadikan tempat bekerja? Saya akan menjawabnya agar anda sendiri paham dunia live streaming, yang memang sudah menjadi fakta, sudah hadir di depan anda.

Entah, kenapa saya terjebak masuk dalam dunia aplikasi live streaming yang konon sebagai penyiar yang bekerja bisa mendapatkan gaji. Pada awalnya, memang ingin mencari referensi cerita novel soal Arafah Rianti. Namun, eh, bertemu beberapa penyiar yang cukup menarik perhatian untuk diajak mengobrol sampai menyimpang dari rencana awal.

Namun yang pasti, pengalaman ini bisa dijadikan pembahasan dimana letak konsep bisnis dan kerjanya sehingga apa yang disebut “dibayar” bisa menjadi jelas.

Saya bisa mengatakan bahwa aplikasi live streaming dibayar seperti halnya Youtube yang bisa membayar para youtuber-nya. Ini yang harus menjadi catatan. Hanya saja, perbedaan aplikasi live streaming dibayar dengan youtube pada sumber pangkal penghasilannya. Youtuber bakalan dibayar bila ada iklan yang berpotensi mendapatkan penghasilan. Iklan ini dari si pemasang iklan. Sedangkan, penyiar dari aplikasi live streaming mendapatkan uang apabila ada yang memberikan gift, hadiah.

Sederhanya pekerjaan yang dilakukan penyiar aplikasi live streaming adalah pekerjaan yang bergerak dalam jasa komunikasi. Memang, ada beberapa full memberikan hiburan menyanyi atau menari. Tetapi, suguhan komunkasi yang memang dihadirkan dalam live.

Masalahnya yang kemudian yang menjadi persoalan adalah, apa keuntungan si pemasang iklan dan si pemberi gift? Kedua ini harus dibedakan dalam segi keuntungan. Si pemasang iklan, memiliki keuntungan bisa mendapatkan penjualan dan keuntungan komersil lainnya. Sedangkan, keuntungan si pemberi gitf, sampai detik ini, saya belum paham.

Di sini, saya memfokuskan pembahasan keuntungan yang akan diperoleh seorang yang memberi gitf. Apa keuntungannya? Di sinilah akan muncul berbagai konflik seputar kegiatan kerja dalam aplikasi live streaming. Tentunya, bisa jadi pihak penyiar aplikasi live streaming yang menjadi korban.

Ada kasus aktifitas live streaming yang memang seperti sengaja bermain dalam keuntungan yang bersifat “penyimpangan”. Saya kurang paham betul masalah ini.

Saya tidak perlu menjelaskan hal yang paling ekstrimnya, karena hal ini bisa dicari di Youtube dan sebagainya.

Paling ideal penyimpangan kegiatan di aplikasi live streaming adalah urusan percintaan. Sehingga, si pemberi gift ada kesempatan dalam berlomba mendapatkan si penyiar. Padahal, si penyiar sedang bekerja.

Biasanya, siapa yang berada di puncak alias Top Gift, maka dia lah yang seolah paling berhak mendapatkan si penyiar sebagai pacaran atau hal lainnya. Jelas, ini seperti berjudi. Sehingga, bila ini ditradisikan, aplikasi live streaming sudah tidak sehat.

Memang, sudah banyak terjadi, antara penyiar dan si pemberi gift, dalam hal ini viewer, bermain cinta di dalam aplikasi live streaming. Kalau sudah seperti ini, konsep pekerjaan aplikasi live streaming sudah pudar.

Aplikasi live streaming dalam konsep kerja memang seperti tidak normal. Seorang penyiar yang bermain profesional seolah bertarung dengan para viwer yang memberikan gift. Banyak juga yang memang konsisten bekerja secara profesional sekalipun tidak berlangsung lama. Ada yang bisa berlangsung lama, tentu, tampilan fisik menjadi perhitungan.

Bila anda mau menjadi penyiar di aplikasi live streaming, khususnya untuk cewek, yang terpenting adalah menguasai medan aplikasi live streaming terlebih dahulu. Lalu, menyiapkan mental agar tetap konsisten bekerja.

Lihat juga, apakah menarik atau tidak penampilannya. Yah, ini menjadi sebuah fakta juga, bukan bermaksud merendahkan tampilan yang tidak memenuhi syarat.

Lalu, dimana kah sisi bisnis dari aplikasi live streaming?

Jawabanya dua saja: penjualan koin untuk memberikan gift dan juga bagi-hasil penghasilan yang didapatkan para penyiar. Pihak pengembang tetap berjalan dalam rel bisnis dalam aplikasi live streaming yang dibuatnya, terlepas bagaimana konsep bekerja yang berjalan, baik melanggar norma atau tidak.

Ke depan, agar aplikasi live streaming berjalan dalam aturan yang normal, baik pekerjaan atau bisnis, seharusnya pihak pengurus aplikasi live streaming menyediakan tutorial untuk para penyiar dan para pemberi gift alias viwer agar tahu bagaimana seharusnya beraktifitas dalam aplikasi live streaming.

Pasalnya, banyak penyiar yang lugu dalam menjadi viwer sehingga terbawa arus yang tidak beres. Padahal, penyiar masuk dalam aplikasi live streaming yang dianggap normal dalam komunikasi. Akhirnya, bisa menyebabkan penyimpangan bekerja.

Banyak juga, viewer, sebagai pihak yang memberi gift, tidak tahu bahwa menjadi viewer salah satu penyiar mengharuskan untuk mensupport dengan memberi gift.

Ketidaktahuan para penyiar dan viewr seharusnya perlu diselesaikan dengan membuat tutorial. Seperti halnya youtube yang memberikan tutorial bagaimana menjadi youtuber yang sukses. Tidak salah dong kalau ada tutorial di dalam live streaming?