Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Saya Membuka Usaha Kecil Tanpa Berpikir

Pengalaman waktu itu, saya hanya beraktifitas usaha kecil secara online yang kurang membuahkan hasil, cenderng belum mendapatkan untung. Saya sekedar menghabiskan waktu di komputer sambil memanfaatkan koneksi internet. 

 
Sumber:www.sains.kompas.com

Pada waktu masih kuliah, saya sempat membeli banyak buku bisnis, mengingat sedang (bergaya) menjalankan usaha bisnis pemasaran jaringan, khususnya buku Robert T Kiosaki. Yah, walaupun bisnis yang saya lakukan tidak membuahkan hasil. Tetapi karena saya menghasilkan banyak buku, setidaknya ini bentuk keberhasilan dalam menjalankan usaha bisnis pemasaran jaringan.

Waktu itu, saya melibatkan adik saya dalam menjalankan usaha bisnis pemasaran jaringan. Sekarang, adik saya sudah berhasil membuka usaha bisnis yang rill seperti bisnis hp, bisnis aksesoris, bisnis makanan kekinian, dan sebagainya. Mungkin, efek dari mencoba bisnis pemasaran jaringan sehingga jiwa usaha bisnisnya bangkit.

Tetapi, saya bagaimana?

Saya masih tetap beraktifitas di depan komputer dan memanfaatkan koneksi internet. Saya ingin mencoba mensukseskan bisnis online. Tetapi, kelamahan fisik selalu saja menggagalkan perjalanan. Hal ini yang membuat penghasilan saya tidak besar.

Saya sendiri tidak berpenghasilan lain karena tidak bekerja. Maklum, kondisi fisik yang lemah, entah kenapa, membuat saya cuma bisa beraktifitas di komputer.

Saya yang mengajak adik saya mengikuti bisnis pemasaran jaringan, tetapi, saya sendiri belum membangun usaha yang ofline seperti yang sudah dijalankan adik saya. Agak aneh memang. Tetapi, inilah jalan takdir. Yah, walupun saya selalu menginginkan memiliki usaha ofline, setidaknya, untuk meningkatkan penghasilan.

Bisa dikatakan, saya ini tergolong orang yang tidak berpikir untuk membuka usaha secara ofline. Pikiran saya memang sudah terfokus untuk mencari cara bagaimana meningkatkan penghasilan di tengah kelemahan fisik dan modal terbatas.

Namun, sepertinya, saya seperti menyuruh adik saya untuk berpikir mengenai membuka usaha secara oflne.

Pada waktu itu, di rumah saya belum ada konter pulsa. Bisa dikatakan, belum ada kios yang ada di rumah. Saya tidak sempat memikirkan tempat jualan di rumah. Bagaimana mau ada kios konter pulsa kalau di bagian halaman depat tidak ada halan kosong?

Namun setelah adik saya berencana membuka usaha kredit hp, bagian ruang tamu disulap menjadi kios. Kebetulan, ruangan tamu cukup panjang. Di sinilah kios hadir.

Adik saya memikirkan bagaimana proses membuka usaha kecilnya. Sampai, dia melibatkan saya dalam menjalankan bisnis. Waktu itu, adik saya yang masih memikirkan modal.

Dus, tiba saya memiliki usaha konter. Padahal, saya tidak pernah berpikir. Adik saya menyerahkan sepenuhnya permodalan ke saya. Artinya, saya sepenuhnya memiliki usaha konter pulsa dan lainnya di kios rumah. Kebetulan, saya mendapat modal hasil penjualan tanah. Jadi, ini yang bisa dimanfaatkan untuk mengalihkan usaha ke tangan saya.

Apa yang saya alami adalah sebuah pemahaman “Membuka usaha tanpa berpikir membuka usaha”. Sebenarnya, cara ini seperti cara para investor. Para investor cuma menanam modal pada peluang usaha yang dipikiran orang lain. Tentunya, status penghasilanya bisa saja seimbang. Ya, mungkin saya sudah pantas menjadi investor. Saya tidak perlu berpikir untuk memiliki usaha yang sukses.